1 Edwin B. Flippo. Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari pada pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahaan sumber daya manusia ke suatu titik akhir dimana tujuan-tujuan perorangan, organisasi dan masyarakat terpenuhi. 2.
PRAMUWISATADALAM PERSEPSI WISATAWAN DI MUSEUM LA GALIGO KOTA MAKASSAR Anni Nurinsani1, Windra Aini2, Suardi3 1, 2, 3Politeknik Pariwisata Makasar, anninurinsani@yahoo.com, windraaini@gmail.com, suardipoltekpar@ Museum La Galigo merupakan salah satu daya tarik wisata yang menarik dikunjungi bagi
PengertianAtribut Produk Menurut Para Ahli. 1. Gitosudarmo. Atribut Produk ialah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh konsumen. 2.
pengertianpemesanan menurut para ahli yang dikutip oleh Darmawan, adalah sebagai berikut : 1. Pemesanan adalah penerimaan pesanan dari pelanggan terhadap suatu produk. Lanjutan dari pemesanan adalah pengiriman produk sampai dari suatu objek wisata, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah yang bersangkutan.
A Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik , seperti hewan , tumbuhan , dan mikroorganisme , tetapi juga komponen abiotik , seperti minyak bumi , gas
wisata terdapat beberapa syarat. Menurut R & Rozak (2012), daya tarik tempat tujuan wisata merupakan motivasi utama bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata. Berdasarkan indikator tersebut maka disusun kuesioner daya tarik wisata sebagai berikut : 1) Daya tarik wisata alam (natural attraction) 2) Daya tarik wisata yang dikelola khusus
JPWK13 (1) Ferniza, H. Antara Potensi Dan Kendala Dalam Pengembangan Pariwisata Di Sumatera Barat PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan daya tarik wisata dan juga merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup diperhitungkan bukan hanya
Daerahtujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Dayatarik, yaitu tampilan non fisik yang menarik dan bisa menunjang suatu produk maupun iklan. Power, yaitu kharisma yang dipancarkan narasumber untuk mempengaruhi konsumen sehingga konsumen terpengaruh untuk membeli/menggunakan produk. Menurut Royan (2004), ada tiga karakteristik yang harus dimiliki oleh brand ambassador, diantaranya
13 Sebutkan 3 jenis daya tarik wisata ideas in 2021 | Etoy ID. Pengertian Objek Wisata, Daya Tarik Wisata, Wisata Alam, dan Definisi Menurut Para Ahli | Diadona.id. Geografi - Daya Tarik Pariwisata. Pengertian dan Jenis Usaha Pariwasata - KajianPustaka.com. Page 49 - persepsi pengunjung goa lowo
4KAGH. One of the most favorite tourist attraction in Yogyakarta is Malioboro. Revitalization of Malioboro has been realized by arranging three main areas, which are Alun-Alun Utara, Malioboro, and Abu Bakar Ali Parking Park. The hard work of the Government of Yogyakarta and its related parties in the early stages of this arrangement and revitalization has shown its results. Now the three areas of revitalization has been well ordered and expected to have a positive effect to increase the number of visitors in Yogyakarta. Improving the quality of public facilities, public infrastructure, and tourism facilities should be in line with the increasing satisfaction of tourists visiting the region, because the satisfaction of tourists is one of the benchmarks of the success of a tourist attraction. For that, research need to be done to measure the level of customer satisfaction on the revitalization of Malioboro area. This study aims to 1 find out the quality of public facilities, public infrastructure, and tourism facilities; 2 to know the level of satisfaction of tourists visiting in Malioboro area after revitalization. This research is descriptive research by conducting survey. Sampling method is using Accidental Sampling Method with the number of samples of 100 respondents who visited Malioboro area. Data collection techniques use questionnaires, interviews, and observations. Then the method of data analysis using Importance Performance Analysis method. The researchers hope this research can give input for local government especially Technical Implemetation Unit of Malioboro Area Management in Yogyakarta Tourism and Culture Departement, in order to improve the quality of tourist attraction in Malioboro area. Keyword Level of Tourist Satisfaction, Revitalization of MalioboroFigures - uploaded by Jussac Maulana MasjhoerAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Jussac Maulana MasjhoerContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP FASILITAS UMUM, PRASARANA UMUM, DAN FASILITAS PARIWISATA DI MALIOBORO PASCAREVITALISASI KAWASAN Oktari Susetyarini, Jussac Maulana Masjhoer Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo STIPRAM Yogyakarta Jl Ahmad Yani no. 52 Ring Road Timur, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta Email oktarisusetyarini jussacmaulana ABSTRACT One of the most favorite tourist attraction in Yogyakarta is Malioboro. Revitalization of Malioboro has been realized by arranging three main areas, which are Alun-Alun Utara, Malioboro, and Abu Bakar Ali Parking Park. The hard work of the Government of Yogyakarta and its related parties in the early stages of this arrangement and revitalization has shown its results. Now the three areas of revitalization has been well ordered and expected to have a positive effect to increase the number of visitors in Yogyakarta. Improving the quality of public facilities, public infrastructure, and tourism facilities should be in line with the increasing satisfaction of tourists visiting the region, because the satisfaction of tourists is one of the benchmarks of the success of a tourist attraction. For that, research need to be done to measure the level of customer satisfaction on the revitalization of Malioboro area. This study aims to 1 find out the quality of public facilities, public infrastructure, and tourism facilities; 2 to know the level of satisfaction of tourists visiting in Malioboro area after revitalization. This research is descriptive research by conducting survey. Sampling method is using Accidental Sampling Method with the number of samples of 100 respondents who visited Malioboro area. Data collection techniques use questionnaires, interviews, and observations. Then the method of data analysis using Importance Performance Analysis method. The researchers hope this research can give input for local government especially Technical Implemetation Unit of Malioboro Area Management in Yogyakarta Tourism and Culture Departement, in order to improve the quality of tourist attraction in Malioboro area. Keyword Level of Tourist Satisfaction, Revitalization of Malioboro 1. Latar Belakang Salah satu daya tarik wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta yaitu Kawasan Malioboro. Sebagai ikon wisata, kawasan ini menjadi magnet tidak hanya bagi wisatawan akan tetapi juga masyarakat yang bergelut di bidang jasa pariwisata. Permasalahan pun bermunculan, mulai dari trotoar yang beralih fungsi menjadi lahan parkir dan lapak jualan, pedagang kaki lima yang membuang limbah sisa makanan sembarangan, lapak-lapak jualan yang tidak tertata, kemacetan jalan 2 Malioboro, dan masih banyak lagi permasalahan lainnya dan berdampak terhadap berkurangnya kenyamanan wisatawan yang berkunjung. Selama ini Jalan Malioboro telah dianggap sebagai wajah atau muka Kota Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi DIY sekaligus juga merupakan simbol filosofis Keraton Yogyakarta. Permasalahan yang terjadi di kawasan malioboro tersebut tidak dapat terus dibiarkan dan mengakar, oleh karena itu tercetus kegiatan Revitalisasi Kawasan Malioboro hasil kerjasama antara empat pihak yaitu Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Provinsi Yogyakarta, PT Kereta Api, dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada Kamis, 22 Desember 2016, kawasan malioboro menampakkan wajah barunya seiring peresmian Jalan Malioboro sebagai kawasan pendestrian yang dilakukan oleh Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Peresmian sebagai kawasan pendestrian ini merupakan tahap awal dari rangkaian rencana jangka panjang Pemerintah Daerah Provinsi DIY selama 4 tahun untuk membenahi kawasan utama Kota Yogyakarta. Revitalisasi Kawasan Malioboro telah diwujudkan dengan melakukan penataan tiga kawasan utama, yakni Alun-Alun Utara, Malioboro, dan Taman Parkir Abu Bakar Ali. Revitalisasi Alun-Alun Utara menjadi langkah pertama, dengan menghapus fungsinya sebagai lahan parkir kendaraan dan membangun Taman Parkir Ngabean sebagai pengganti area parkir kendaraan di Alun Alun Utara. Langkah selanjutnya adalah revitalisasi kawasan Malioboro dan Taman Parkir Abu Bakar Ali. Di tahap ini, Malioboro diubah menjadi area pedestrian yang aman, nyaman dan memberikan suasana lingkungan yang asri. Dalam hal ini pemerintah meningkatkan kualitas fasilitas jalur pedestrian berupa pemasangan sejumlah aplikasi street furniture, difabel guidance, pergola tempat berteduh, lampu penerangan khas Jogja, instalasi air minum portable serta dilengkapi tempat pembuangan limbah bagi PKL di sepanjang jalan Malioboro tersebut. Parkir kendaraan dialihkan ke Taman Parkir Abu Bakar Ali yang telah direvitalisasi dengan konsep lahan parkir bertingkat. Peningkatan kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata diharapkan sejalan dengan meningkatnya kepuasan wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut, dimana kepuasan wisatawan adalah salah satu tolak ukur keberhasilan suatu daya tarik wisata. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap revitalisasi kawasan malioboro. Diharapkan penelitian ini dapat berkontibusi dalam memberikan masukan bagi pemerintah daerah agar dapat mempertahankan maupun meningkatkan kualitas daya tarik wisata serta memperbaiki kekurangan yang masih ada di kawasan Malioboro. 3 Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata serta tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung di kawasan Malioboro pascarevitalisasi. Penelitian ini merupakan bentuk respon terhadap revitalisasi kawasan malioboro yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas serta pelayanan apakah sejalan dengan meningkatnya kepuasan wisatawan yang berkunjung di kawasan tersebut. Tingkat kepuasan wisatawan yang diukur diharapkan dapat bermanfaat bagi UPT malioboro maupun pihak terkait sebagai bentuk masukan dalam menjaga serta meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata. Dari uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1. Bagaimanakah kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di kawasan Malioboro pascarevitalisasi? 2. Bagaimanakah tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke kawasan Malioboro pascarevitalisasi? 2. Landasan Empiris Landasan empiris merupakan landasan yang diambil berdasarkan penelitian terdahulu, yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan acuan dan pandangan dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang membahas mengenai tingkat kepuasan wisatawan adalah sebagai berikut a. Gusneli 2016, Universitas Negeri Padang, Pengaruh Fasilitas Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung Ke Objek Wisata Air Terjun Bayang Sani Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitian dalam penelitian ini digolongkan kepada penelitian assosiatif bentuk hubungan kausal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa fasilitas wisata mempengaruhi kepuasan pengunjung ke objek wisata Air Terjun Bayang Sani sebesar 7,3%, sedangkan 92,7% diduga dipengaruhi oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan pengunjung seperti harga, lokasi, daya tarik dan citra. b. Ibnu Al Taufiq 2016, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui kepuasan pengunjung terhadap fasilitas dan kualitas pelayanan rumah makan di pantai Drini. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 4 pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kenyataan lebih rendah jika dibandingkan tingkat harapan sehingga secara keseluruhan pengunjung merasa tidak puas dengan fasilitas dan kualitas pelayanan rumah makan yang ada di pantai Drini. Berdasarkan hasil diagram kartesius fasilitas rumah makan, item yang masuk dalam prioritas utama perlu diperbaiki agar kepuasan pengunjung pada kategori tersebut dapat meningkat. Dalam kategori kualitas pelayanan, pengunjung mempermasalahkan hal yang berkaitan dengan kecepatan pelayanan, kesiapan melayani, perhatian terhadap keluhan pelanggan, informasi menu yang ditawarkan, dan kebersihan area/ lokasi tempat makan. Berdasarkan hal tersebut maka pengelola rumah makan perlu meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan rumah makan yang ada di pantai Drini. c. Rizky Amaliana 2014, Universitas Gadjah Mada. Kepuasan Wisatawan Terhadap Fasilitas Wisata Di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pantai Prigi merupakan objek wisata yang pertama kali dikembangkan oleh pemerintah daerah, ada banyak fasilitas wisata yang telah dibangun oleh pemerintah. Sebagai tolak ukur berhasil tidaknya pembangunan fasilitas wisata salah satunya dilihat dari kepuasan wisatawan terkait hal tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kepuasan wisatawan terhadap fasilitas wisata di Pantai Prigi maka dilakukan penelitian dengan mengambil 100 responden yang ada di Pantai Prigi untuk mengumpulkan data melalui kuesioner. Hasil dari penelitian menyatakan sebanyak 63% responden tidak puas terhadap fasilitas wisata yang ada di Pantai Prigi. Selain untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan, penelitian ini juga untuk mengetahui fasilitas fasilitas mana yang sudah berjalan baik dan belum. Terdapat 2 fasilitas yang menurut responden belum berjalan dengan baik, yaitu pos keamanan dan sarana kesehatan. 3. Metode Penelitian Variabel Penelitian Untuk menjawab pokok permasalahan tentang kepuasan wisatawan terhadap kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di Malioboro pascarevitalisasi, variabel-variabel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan wisatawan terhadap kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata. Adapun variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut 5 Tabel 1. Variabel / Indikator Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas fasilitas umum dan Fasilitas Pariwisata fasilitas khusus bagi difabel difabel guidance fasilitas peristirahatan rest area kursi dan pergola tempat berteduh fasilitas pejalan kaki pedestrian lampu penerangan khas Jogja instalasi air minum portable tempat pembuangan limbah bagi PKL polisi pariwisata dan satuan tugas wisata; UPT Malioboro Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk mengetahui kepuasan wisatawan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kuesioner yang berbentuk angket pada setiap wisatawan yang mengunjungi wilayah penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden yang merupakan pengunjung kawasan Malioboro. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder, yaitu a. Data Primer Teknik pengambilan data dengan survey primer dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara kepada para wisatawan di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Selain itu juga dilakukan observasi lapangan untuk data pendukung bagi penelitian ini. 1 Kuesioner Tipe kuesioner pada penelitian ini dipandang dari cara menjawabnya termasuk pada kuesioner tertutup, yaitu dengan memilih jawaban yang sudah disediakan. 6 Kemudian dari jawaban yang diberikan termasuk kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. 2 Wawancara Tipe wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan wawancara bebas tetapi juga mengingat data apa saja yang akan dikumpulkan. Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar dari hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara ini dilakukan pada para wisatawan di kawasan Malioboro maupun pihak-pihak yang terkait. 3 Observasi Pada penelitian ini observasi yang dilakukan adalah dengan pengamatan langsung dan dokumentasi yang mengacu pada instrumen pengamatan. Observasi di wilayah ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui kuesioner atau pun wawancara. b. Data Sekunder Survey sekunder dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari survei primer berupa kajian literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Kemudian dilakukan pula pengumpulan data sekunder berupa data dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian. Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan wisatawan dalam penelitian ini yaitu analisis Importance Performance Analysis IPA. Analisis IPA digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap kinerja pihak lain, dalam hal ini yaitu peningkatan kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata. Penelitian tingkat kesesuaian dan hasil penilaian kinerja maka dihasilkan suatu perhitungan berdasarkan tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan fasilitas di kawasan malioboro yang diterima. Menurut Supranto 2011 241, tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor harapan dengan skor kenyataan/ pelaksanaan, dengan rumus yang digunakan Tki = Tingkat kesesuaian responden xi = Skor penilaian kinerja pelayanan yang diterima yi = Skor penilaian kepentingan pelayanan 7 Selanjutnya sumbu mendatar x akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan/harapan, sedangkan sumbu tegak y diisi oleh tingkat kepentingan/ kenyataan, maka rumus untuk setiap faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan x = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/ kenyataan y = Skor rata-rata tingkat harapan n = Jumlah responden Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun persegi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik x,y di mana x merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kenyataan/ kinerja seluruh faktor atau atribut dan y adalah rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi harapan pengunjung malioboro, maka rumus selanjutnya Dimana K = Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi harapan pelanggan. Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian kedalam diagram Kartesius Supranto, 2011 242. 8 Keterangan a. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan wisatawan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun pengelola belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan wisatawan sehingga mengecewakan/tidak puas. b. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan. Untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. c. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi wisatawan. Pelaksanaannya oleh pengelola biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. d. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. Fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata menjadi bermanfaat apabila sesuai dengan harapan pengunjung dan pelaksanaannya dirasakan sangat sesuai terletak pada kuadran B. Dalam penelitian ini notasi y yang berarti kepentingan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian yang berarti harapan y = harapan dan notasi x yang berarti kepuasan disesuaikan menjadi kenyataan x = kenyataan. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berikut adalah hasil dan pembahasan dalam penelitian pengukuran tingkat kepuasan wisatawan terhadap fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di malioboro pascarevitalisasi kawasan. Hasil Penelitian Fasilitas Umum Variabel yang diteliti dalam fasilitas umum yaitu toilet umum, tempat sampah, fasilitas khusus bagi difabel difabel guidance, fasilitas peristirahatan rest area kursi dan pergola tempat berteduh, fasilitas pejalan kaki pedestrian, dan fasilitas lahan parkir. 9 Gambar 1. Diagram kartesius variabel fasilitas umum Tabel 2. Rekapitulasi Diagram Kartesius untuk Fasilitas Umum Kuadran A prioritas utama Kebersihan toilet umum A1 Kualitas air bersih A2 Penampakan fisik/ desain toilet umum A3 Pemisahan toilet untuk pria dan wanita A4 Penggolongan jenis sampah basah / kering A5 Kondisi fisik lahan parkir A19 Petugas parkir A21 Tarif parkir A23 Kuadran B pertahankan prestasi Kondisi fisik tempat sampah A6 Penampakan/ desain tempat sampah A7 Ketersediaan jumlah tempat sampah A8 Ketersediaan jalur khusus pejalan kaki difabel A9 Kondisi fisik, Kelayakan/ penampakan jalur 10 khusus pejalan kaki difabel A10 Kondisi fisik kursi dan pergola tempat berteduh A11 Ketersediaan jumlah kursi dan pergola tempat berteduh A13 Kondisi fisik trotoar A14 Kebersihan trotoar pejalan kaki A15 Penampakan/ desain lahan parkir A20 Keamanan area parkir A22 Kuadran C Prioritas rendah Jarak yang harus ditempuh wisatawan dari lahan parkir ke tempat wisata A24 Kemudahan akses wisatawan menuju tempat ibadah A27 Desain kursi dan pergola tempat berteduh A12 Fungsi / peruntukan trotoar hanya untuk pejalan kaki A16 Ornament / estetika trotoar A17 Luas lahan parkir A18 Ketersediaan tempat ibadah A25 Kebersihan tempat ibadah A26 Penampakan/ desain tempat ibadah A28 11 Prasarana Umum Variabel yang diteliti dalam prasarana fasilitas umum yaitu lampu penerangan khas jogja, instalasi air minum portabel, dan tempat pembuangan limbah bagi PKL. Gambar 2. Diagram Kartesius Variabel Prasarana Umum Tabel 3. Rekapitulasi Diagram Kartesius Untuk Prasarana Umum Kuadran A prioritas utama Ke-higienisan instalasi air minum portable B5 Fungsi instalasi air minum portabel B6 Ketersediaan pembuangan limbah bagi pedagang kaki lima B7 Penampakan pembuangan limbah pedagang kaki lima B9 Kuadran B pertahankan prestasi Kuadran C Prioritas rendah Ketersediaan Instalasi air minum portabel B4 Fungsi pembuangan limbah pedagang kaki lima B8 12 Ketersediaan lampu penerangan B1 Fungsi lampu penerangan B2 Kondisi fisik, Penampakan/ desain lampu penerangan B3 Fasilitas Pariwisata Variabel yang diteliti dalam fasilitas pariwisata yaitu Pedagang Souvenir, Satuan Tugas Wisata Malioboro, dan Pedagang Makanan PKL. Gambar 3. Diagram Kartesius Variabel Fasilitas Tabel 4. Rekapitulasi Diagram Kartesius untuk Fasilitas Pariwisata Item per variabel Pariwisata Kuadran A prioritas utama Harga makanan yang ditawarkan C5 Kebersihan tempat makan C7 Kuadran B pertahankan prestasi Harga souvenir yang dijual C1 Pelayanan penjual Souvenir C2 Pelayanan penjual warung makan C6 Utama Prestasi Rendah 13 Kuadran C Prioritas rendah Ketersediaan satuan tugas wisata UPT Malioboro C3 Fungsi satuan tugas wisata UPT Malioboro C4 Pembahasan Fasilitas Umum Tingkat kepuasan total wisatawan terhadap fasilitas umum yang terdiri dari variabel toilet umum, tempat sampah, fasilitas khusus bagi difabel, fasilitas peristirahatan rest area kursi dan pergola tempat berteduh, fasilitas pejalan kaki pedestrian, fasilitas lahan parkir, dan fasilitas tempat ibadah yaitu sebesar Harapan wisatawan berdasarkan angka tersebut masih belum terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan diagram kartesius didapatkan informasi bahwa kinerja dari fasilitas umum yang menjadi prioritas utama kuadran A dan harus segera dibenahi yaitu kebersihan toilet umum, kualitas air bersih, penampakan fisik/ desain toilet umum, pemisahan toilet untuk pria dan wanita, penggolongan jenis sampah basah / kering, kondisi fisik lahan parkir, petugas parkir, dan tarif parkir. Kinerja item fasilitas umum yang sudah baik dan perlu dipertahankan Kuadran B yaitu kondisi fisik tempat sampah, penampakan/ desain tempat sampah, ketersediaan jumlah tempat sampah, ketersediaan jalur khusus pejalan kaki difabel, kondisi fisik, kelayakan/ penampakan jalur khusus pejalan kaki difabel, kondisi fisik kursi dan pergola tempat berteduh, ketersediaan jumlah kursi dan pergola tempat berteduh, kondisi fisik trotoar, kebersihan trotoar pejalan kaki, penampakan/ desain lahan parkir, dan keamanan area parkir. Kinerja yang memiliki prioritas rendah yaitu untuk jarak yang harus ditempuh wisatawan dari lahan parkir ke tempat wisata, dan kemudahan akses wisatawan menuju tempat ibadah. Disaat kinerja tinggi akan tetapi harapan wisatawan rendah, maka kinerja tersebut masuk dalam Kuadran D, item yang masuk dalam kuadran ini antara lain desain kursi dan pergola tempat berteduh, fungsi / peruntukan trotoar hanya untuk pejalan kaki, 14 ornament / estetika trotoar, luas lahan parkir, ketersediaan tempat ibadah, kebersihan tempat ibadah, dan penampakan/ desain tempat ibadah. Berikut ini foto yang memperlihatkan kondisi fasilitas umum di Malioboro Gambar 4. Kondisi kebersihan toilet umum Gambar 5. Toilet umum di Malioboro 15 Gambar 6. Tempat sampah di kawasan Malioboro Gambar 7. Kondisi pergola dan kursi di trotoar Jalan Malioboro 16 Gambar 8. Area parkir bus terdapat sampah berserakan Prasarana Umum Tingkat kepuasan wisatawan terhadap prasarana umum yang terdiri dari variabel lampu penerangan jalan, instalasi air minum portabel, dan pembuangan limbah pedagang kaki lima sebesar %. Harapan wisatawan berdasarkan angka tersebut masih belum terpenuhi secara maksimal. Diagram kartesius tingkat kepuasan menunjukkan bahwa aspek ke-higienisan instalasi air minum portable, fungsi instalasi air minum portable, ketersediaan pembuangan limbah bagi pedagang kaki lima, dan penampakan pembuangan limbah pedagang kaki lima menjadi prioritas utama Kuadran A untuk diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya. Aspek ketersediaan instalasi air minum portable, dan fungsi pembuangan limbah pedagang kaki lima menjadi prioritas rendah Kuadran C. Sedangkan untuk Kuadran D berlebihan meliputi aspek ketersediaan lampu penerangan, fungsi lampu penerangan, dan kondisi fisik, penampakan/ desain lampu penerangan. Berikut ini foto yang memperlihatkan kondisi prasarana umum di Kawasan Malioboro 17 Gambar 9. Lampu penerangan jalan di Kawasan Malioboro Gambar 10. Instalasi air minum portabel di Kawasan Malioboro 18 Fasilitas Pariwisata Tingkat kepuasan total wisatawan untuk variabel Fasilitas Pariwisata menunjukkan angka % dan masih dibawah harapan wisatawan. Kuadran B pertahankan prestasi meliputi C1 Harga souvenir yang dijual, C2 Pelayanan penjual Souvenir, C6 Pelayanan penjual PKL. Kuadran D berlebihan meliputi aspek C3 Ketersediaan UPT Malioboro dan C4 Fungsi UPT Malioboro. Sedangkan yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan menjadi priorotas utama Kuadran A meliputi aspek C5 Harga makanan yang ditawarkan PKL dan C7 Kebersihan tempat makan PKL. Berikut foto foto yang memperlihatkan kondisi fasilitas pariwisata di Kawasan Malioboro Gambar 11. Penjual souvenir di Jalan Malioboro Gambar 12. Deretan pedagang kaki lima di sepanjang trotoar Jalan Malioboro 19 Gambar 13. Kondisi tempat cuci warung makan di Kawasan Malioboro Gambar 14. Saluran limbah terbuka menyebabkan bau tidak sedap 5. Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut 1. Secara fisik kualitas dan kuantitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di kawasan Malioboro pasca revitalisasi mengalami peningkatan akan tetapi belum memenuhi tingkat harapan wisatawan. 2. Tingkat kepuasan wisatawan terhadap fasilitas umum sebesar prasarana umum sebesar %, dan fasilitas pariwisata %. Wisatawan tidak puas dengan fasilitas 20 umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata dikarenakan harapan wisatawan lebih besar dibandingkan kinerja Y>X. Saran Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti dapat memberikan saran atau masukan dalam rangka meningkatkan kualitas fasilitas umum, prasarana umum, dan fasilitas pariwisata di kawasan Malioboro; 1. Pihak pengelola Kawasan Malioboro hendaknya melakukan perbaikan kinerja terhadap variabel yang memiliki tingkat harapan yang tinggi dan kinerja yang rendah untuk meningkatkan kepuasan wisatawan. Prioritas utama yang perlu ditindaklanjuti dan diperbaiki oleh pengelola kawasan malioboro untuk fasilitas umum yaitu toilet umum, tempat sampah dan tempat parkir. Prasarana umum yaitu pada instalasi air minum portabel dan pembuangan limbah PKL. Fasilitas pariwisata yaitu pada harga makanan yang ditawarkan dan kebersihan tempat makan pedagang kaki lima. 2. Perlunya pengukuran tingkat kepuasan wisatawan secara berkala untuk mengetahui kinerja pengelola kawasan wisata Malioboro 3. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam mengelola kawasan malioboro, seperti Dinas Kebersihan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan SKPD terkait lainnya. 21 DAFTAR PUSTAKA Amaliana, R. 2014. Kepuasan Wisatawan Terhadap Fasilitas Wisata Di Pantai Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Sumber diunduh pada 20 Februari 2017 pukul WIB. Antarajogja. 2017. Tarif parkir bus pariwisata Yogyakarta kembali dikeluhkan. Diakses pada 25 Agustus 2017. Arikunto, S. 2002. Metodologi penelitian. Yogyakarta Bina Aksara. Fala, Muhammad Yusrul. 2014. Peran Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta. Sumber Diakses pada 25 September 2017. Gusneli. 2016. Pengaruh Fasilitas Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung Ke Objek Wisata Air Terjun Bayang Sani Kabupaten Pesisir Selatan. Sumber diunduh pada 20 Februari 2017 pukul WIB. Kalebos, Fatmawati. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Yang Berkunjung Ke Daerah Wisata Kepulauan. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol 4, Edisi Khusus Pemasaran & Keuangan 2016 489-502. Kompas. 2017. Lahan Parkir Dipindah, Ada "Shuttle Bus" Gratis ke Malioboro. Diakses pada 25 Agustus 2017. Kotler, Philip dan Keller, 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta PT. Prenhalindo. Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta Salemba Empat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 2025. Proyek Wisata. 2017. Saatnya Pengamen Malioboro di Tertibkan!. Diakses pada 25 Agustus 2017. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Penerbit Alfabeta, CV. Bandung 22 Sulistiyani, E. 2010. Membangun Loyalitas Wisatawan Melalui Peningkatan Kualitas Obyek Wisata, Promosi dan Kepuasan Wisatawan di Kawasan Wisata Tawangmangu Karanganyar. Jurnal Pengembangan Humaniora. 10 3 Desember 161-165. Supranto, J. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta Rineka Cipta. Suwintari, I Gusti Ayu Eka. 2012. Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan diunduh pada 16 Februari 2017 Taufiq, IA. 2016. Kepuasan Pengunjung Terhadap Fasilitas Dan Kualitas Pelayanan Rumah Makan Di Pantai Drini Kabupaten Gunungkidul. Sumber diunduh pada 20 Februari 2017 pukul WIB. Tempo. 2017. Patok Harga Tak Wajar, Warung Lesehan di Malioboro Ditutup Paksa. Diakses pada 25 Agustus 2017. Tjiptono, F. 2012. Service Management Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta Penerbit Andi. ... Menentukan ukuran untuk menilai. Mengadakan pertemuan, pelaksanaan, mengadakan penilaian, mengadakan review secara berkala, dan pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang Ningrum, 2019;Susetyarini et al., 2018. ...Anak Agung Putu SugiantiningsihI Made Adiwidya YowanaI Made YunitaI Gde Oka SaputraMonumen Nasional Taman Pujaan Bangsa TPB Margarana yang merupakan sebuah monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang tragedi Puputan Margarana, di Desa Marga, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Monumen ini seluas sembilan hektar, terbagi menjadi tiga bagian mengikuti konsep Tri Mandala yakni hulu, tengah dan hilir. Dibagian hulu utara dengan luas areal empat hektar, merupakan komplek bangunan suci yang disebut Taman Pujaan Bangsa, terdiri atas bangunanâbangunan seperti, Candi Pahlawan Margarana; berdiri megah setinggi 17 meter, dengan bentuk persegi lima. Disini terpahat secara berangkai isi surat Jawaban I Gusti Ngurah Rai Pemimpin Dewan Pejuang Bali kepada Overste Termeulen Belanda, yang menggambarkan kebesaran jiwa perjuangan dan patriotisme bangsa Indonesia umumnya dan masyarakat Bali khususnya.... This is supported by rainfall patterns and becomes an opportunity for farmers in maize planting. There are two possible for planting maize in dry land conditions [75]. Along with the sufficient rainfall factor, there is the need for a chain of purchasing maize harvests in remote areas at appropriate prices IDR 3500/kg when the survey was conducted; this encourages farmers to cultivate NSV maize. ... Peter Juma OchiengFarmersâ satisfaction with new superior varieties NSVs is a critical strategy for boosting their adoption. Out of 48 national NSV hybrids produced, only three, including Nasa-29, JH-37, and Bima-10, have been widely distributed at the farmer level. However, no studies have been carried out to establish farmersâ satisfaction of any of the three hybrid maize varieties. As a result, the main aim of this study is to establish farmersâ satisfaction of three-hybrid maize. The survey was conducted in three South Sulawesi maize production districts Bone, Gowa, and North Luwu, representing the east, west, and transitional zones. A total of 150 farmers from three districts were then deliberately chosen as respondents. Variables such as seed availability, cultivation technology, post-harvest, and product marketing were monitored during our assessment. The data were then analyzed using the importance performance analysis IPA method. The findings indicate that seed quality and quantity, disease resistance, low yield, and productivity are the variables that require intervention to improve farmer satisfaction with the superiority of the national hybrid maize NSV. The low price of seeds, the ability to grow at 15 days, the small size of the cob, ease of harvest, and the accessibility of marketing the product at the best price were then deemed adequate variables.... Kawasan Malioboro tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain penyalahgunaan fungsi trotoar menjadi lahan parkir dan lapak jualan, sampah yang dihasilkan oleh pedagang maupun masyarakat disekitar, penyempitan luasan jalan, angka kemacetan yang tinggi. Dalam menghadapi berbagai masalah tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Provinsi Yogyakarta, PT Kereta Api, dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menginisiasi kegiatan Revitalisasi Kawasan Malioboro Susetyarini & Masjhoer, 2011. Setelah dilakukan upaya konservasi dikawasan heritage Malioboro, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diperhatikan oleh stakeholder. ...Disky Ayu Puja LasendaRahmalizaBudi UtomoAbstrak Jalan Malioboro adalah salah satu landmark yang berada di Yogyakarta dan merupakan kawasan heritage yang saat ini pelestariannya menjadi perhatian pemerintah setempat. Upaya yang dilakukan Pemerintah Yogyakarta dilakukan dengan pengesahan perundang-undangan, revitalisasi dan relokasi terhadap sektor informal. Akan tetapi penyalahgunaan fungsi Jalan Malioboro masih kerap terjadi seperti penyalahgunaan fungsi trotoar menjadi tempat berjualan, wahana wisata yang dilakukan tidak pada tempatnya, dan kemacetan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana pengaruh penerapan manajemen wisata dalam pengembangan konservasi Kawasan Heritage Malioboro. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis kajian kebijakan dan peraturan Kawasan Heritage Malioboro, analisis nilai penting Kawasan Heritage Malioboro, analisis perencanaan Kawasan Heritage Malioboro, analisis pengembangan kawasan Konservasi Heritage Malioboro berbasis manajemen wisata atraksi, akomodasi, aksesibilitas, informasi dan promosi, serta kemitraan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah manajemen wisata berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Konservasi Heritage Malioboro terutama dalam sektor ekonomi dan sosial. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengatur kegiatan dan ketertiban yang ada di Kawasan Heritage Malioboro. Namun, dalam pengembangan konservasi Kawasan Heritage Malioboro masih menemukan kendala sehingga pengaplikasian manajemen pariwisata dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah perlu mengakomodir keberadaan sektor informal dalam perencanaan pembangunan daerah. Penelitian ini menjadikan manajemen wisata sebagai upaya konservasi Kawasan Heritage Malioboro yang artimya kawasan konservasi tersebut diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat akan tetapi tidak mengubah nilai histori dan kebudayaan yang dimiliki. Kata Kunci Kawasan Heritage, Konservasi, Manajemen Wisata, Malioboro.... Kawasan Malioboro tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain penyalahgunaan fungsi trotoar menjadi lahan parkir dan lapak jualan, sampah yang dihasilkan oleh pedagang maupun masyarakat disekitar, penyempitan luasan jalan, angka kemacetan yang tinggi. Dalam menghadapi berbagai masalah tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Provinsi Yogyakarta, PT Kereta Api, dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menginisiasi kegiatan Revitalisasi Kawasan Malioboro Susetyarini & Masjhoer, 2011. Setelah dilakukan upaya konservasi dikawasan heritage Malioboro, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diperhatikan oleh stakeholder. ...Disky Ayu Puja LasendaRahmaliza Rahmaliza Budi UtomoJalan Malioboro adalah salah satu landmark yang berada di Yogyakarta dan merupakan kawasan heritage yang saat ini pelestariannya menjadi perhatian pemerintah setempat. Upaya yang dilakukan Pemerintah Yogyakarta dilakukan dengan pengesahan perundang-undangan, revitalisasi dan relokasi terhadap sektor informal. Akan tetapi penyalahgunaan fungsi Jalan Malioboro masih kerap terjadi seperti penyalahgunaan fungsi trotoar menjadi tempat berjualan, wahana wisata yang dilakukan tidak pada tempatnya, dan kemacetan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana pengaruh penerapan manajemen wisata dalam pengembangan konservasi Kawasan Heritage Malioboro. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis kajian kebijakan dan peraturan Kawasan Heritage Malioboro, analisis nilai penting Kawasan Heritage Malioboro, analisis perencanaan Kawasan Heritage Malioboro, analisis pengembangan kawasan Konservasi Heritage Malioboro berbasis manajemen wisata atraksi, akomodasi, aksesibilitas, informasi dan promosi, serta kemitraan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah manajemen wisata berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Konservasi Heritage Malioboro terutama dalam sektor ekonomi dan sosial. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengatur kegiatan dan ketertiban yang ada di Kawasan Heritage Malioboro. Namun, dalam pengembangan konservasi Kawasan Heritage Malioboro masih menemukan kendala sehingga pengaplikasian manajemen pariwisata dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah perlu mengakomodir keberadaan sektor informal dalam perencanaan pembangunan daerah. Penelitian ini menjadikan manajemen wisata sebagai upaya konservasi Kawasan Heritage Malioboro yang artimya kawasan konservasi tersebut diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakat akan tetapi tidak mengubah nilai histori dan kebudayaan yang dimiliki.... Dalam hal ini puas dan tidak puasnya wisatawan berkunjung ke suatu destinasi wisata tergantung dari daya tarik wisata dan fasilitas layanan yang ada di destinasi atau sarana penunjang sangat penting untuk kebutuhan wisatawan sewaktu-waktu diperlukan, sehingga dengan tersedianya sarana penunjang akan lebih membantu memperlancar perjalanan. Sejalan dengan penelitian Susetyarini & Masjhoer 2018 peningkatan kualitas fasilitas wisata diharapkan sejalan dengan meningkatnya kepuasan wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi wisata, dimana kepuasan wisatawan adalah salah satu tolak ukur keberhasilan suatu daya tarik wisata. ...... Mengukur tingkat kepuasan wisatawan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pengembangan pariwisata Susetyarini & Masjhoer, 2018. Segala kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan oleh pengelola dapat diketahui. ...This study aims to determine the satisfaction of tourists and the performance of the components of attractions, accessibility, and amenities found in the Pancoh Ecotourism Village PEV. This study uses qualitative and quantitative research mixed-method type. The research variables in this study are the attraction, accessibility, and amenities as tourism components. The population in this study is tourists who buy tour packages in PEV. The research sample was taken as many as 100 people using the Purposive Sampling method. The technique used in this study is a gradual mixed method. Data collection carried out by distributing questionnaires, interviews, and observations. This study uses phased quantitative-qualitative data first analysis was conducted using a Likert Scale, followed by an Importance-Performance Analysis, and the last one using Qualitative Analysis. Tourist satisfaction for the attraction component and accessibility in the PEV is in the Satisfied category, while the amenities component is in the Satisfied Enough category. The performance that needs to be improved is online information easiness, homestay facilities, also distinctive and diversity of the souvenirs products. The performance that needs to be maintained includes homestay rooms cleanliness, roads and signposts leading to the village, road and signs conditions in the village, rural natural conditions, and the diversity of activities that can be carried out by in the amenities component do not affect the overall satisfaction of tourists in the PEV, as long as the indicators in the attraction and accessibility components are considered RahayuMister CanderaResearch aims This study aims to develop an original model of halal tourism by considering the service quality variable and its effect on tourist loyalty with satisfaction as a mediator variable and experience quality consisting of halal food, halal facilities and services, and people at the destination as moderator This study adopts an empirical approach. Data were collected using questionnaire distributed to respondents that were selected through purposive sampling based on their previous visits to halal destinations in Indonesia. A total of 440 questionnaire responses were subjected to quantitative analysis using the Structural Equation findings Our study findings indicated that services quality was one of the factors with positive, significant impacts direct and indirect on tourist loyalty. In addition, experience quality seemed to strengthen this Contribution/Originality This research offered a novel insight that that the satisfaction and loyalty of tourists visiting halal tourism can be increased through improving experience Implications This research is expected to be a reference and consideration for halal tourism business actors in their efforts to increase visitor satisfaction where major coniderations should be put on halal accommodation and halal services. Visitor experience is an important factor to increase the number of visitors to halal Limitations/Implications The large sample size relatively complicated the timely data HabaoraJefirstson Richset Riwukore Tien YustiniThe purpose of the study was to determine and analyze the existing condition of the Lasiana Beach tourism destination in Kupang City based on attractions, accessibility, facilities, institutions, and tourism ecosystems. The research took at Lasiana Beach, Kupang City, from July â December 2019 using Research and Action Research designs and descriptive approach techniques. Determination of samples by cross-section or available samples. The data were analyzed by sorting information and descriptions of the points from the observations, interviews, and documentation carried out. The results showed that the highest tourist attraction for Lasiana Beach was for swimming and the lowest for nature schools. Most tourists complain about the accessibility to tourist destinations. However, most tourists feel that the facilities at the tourist sites are quite complete. The role of tourism institutions is considered lacking while people visit a destination because they often visit it and are invited. The tourism ecosystem still looks weak in terms of investment, policies, and tourism resources. Recommendations are diversification of attractions, improvement of the physical condition of facilities and the involution of tourist facilities, the effectiveness of marketing and promotion of tourist destinations, increasing the role of the public, and improving the accessibility of tourist WullurValen SameheThe article discusses the important and influential tourist destination attributes for foreign tourists. The study was conducted on 40 respondents who were considered experts in providing an assessment of tourist destinations in the city of Manado, Indonesia. This study uses the combination of the Importance Performance Analysis IPA approach and decision making and evaluation laboratory DEMATEL technique. The main results indicate that the attributes of cleanliness, neatness, greening, and fresh air are very important and have a significant influence on other attributes but are not satisfactory. This attribute is a critical priority that must be improved by decision makers, so that the tourist destination development program in the city of Manado becomes efficient and effective. Meanwhile, friendly community and delicious cuisine are very important attributes and have significant influence on other attributes, the performance is very satisfying for tourists, and this attribute needs to be parkir bus pariwisata Yogyakarta kembali dikeluhkanAntarajogjaAntarajogja. 2017. Tarif parkir bus pariwisata Yogyakarta kembali penelitian. Yogyakarta Bina AksaraS ArikuntoArikunto, S. 2002. Metodologi penelitian. Yogyakarta Bina Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro Kota YogyakartaMuhammad FalaYusrulFala, Muhammad Yusrul. 2014. Peran Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta. SumberPengaruh Fasilitas Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung Ke Objek Wisata Air Terjun Bayang Sani Kabupaten Pesisir SelatanGusneliGusneli. 2016. Pengaruh Fasilitas Wisata Terhadap Kepuasan Pengunjung Ke Objek Wisata Air Terjun Bayang Sani Kabupaten Pesisir Selatan. Sumber diunduh pada 20Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Yang Berkunjung Ke Daerah Wisata KepulauanFatmawati KalebosKalebos, Fatmawati. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan Yang Berkunjung Ke Daerah Wisata Kepulauan. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol 4, Edisi Khusus Pemasaran & Keuangan 2016 Parkir Dipindah, Ada "Shuttle Bus" Gratis ke MalioboroKompasKompas. 2017. Lahan Parkir Dipindah, Ada "Shuttle Bus" Gratis ke Pengamen Malioboro di Tertibkan!Proyek WisataProyek Wisata. 2017. Saatnya Pengamen Malioboro di Tertibkan!.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Penerbit Alfabeta, CV. Bandung 22SugiyonoSugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Penerbit Alfabeta, CV. Bandung 22Membangun Loyalitas Wisatawan Melalui Peningkatan Kualitas Obyek Wisata, Promosi dan Kepuasan Wisatawan di Kawasan Wisata Tawangmangu KaranganyarE SulistiyaniSulistiyani, E. 2010. Membangun Loyalitas Wisatawan Melalui Peningkatan Kualitas Obyek Wisata, Promosi dan Kepuasan Wisatawan di Kawasan Wisata Tawangmangu Karanganyar. Jurnal Pengembangan Humaniora. 10 3 Desember 161-165.
ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresThis article aims to discuss the current research trends on the tourism destination competitiveness. This research is sistemic literature review by using Publish or Perish software for data mining and VOSviewer for data analysis and visualization. The results indicate 4 research cluster themes on tourism destination competitiveness and 5 research clusters related to tourism destination competitiveness. The main cited articles on tourism destination competitiveness for period of 2005-2020 are Larry Dwyer, Chulwo Kim, Tanja Mihalic, Tanja Amenski, Vanja Dragineva, and Ugljesa Stankov. Based on the research findings, we state that the research gaps in the tourism destination competitiveness are still wide open, particularly in Indonesia. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Article Corresponding Author Name Khaeril Khaeril Email pettalla14 Daya Saing Tujuan Wisata Kajian Pustaka Sistematis Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 2020 Vol. 01 2, 103-117 © The Journal, 2020 DOI Journal Article History Received October 13th, 2020 Revised December 27th, 2020 Accepted December 29th, 2020 Khaeril Khaeril STIEM Rutu Nusa, Ambon, Maluku, Indonesia & Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia Email pettalla14 Mahlia Muis Univeritas Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia Email mahliamusi Jusni Universitas Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia Email jusni_mju Madris Universitas Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia Email madriskandar ABSTRACT This article aims to discuss the current research trends on the tourism destination competitiveness. This research is sistemic literature review by using Publish or Perish software for data mining and VOSviewer for data analysis and visualization. The results indicate 4 research cluster themes on tourism destination competitiveness and 5 research clusters related to tourism destination competitiveness. The main cited articles on tourism destination competitiveness for period of 2005-2020 are Larry Dwyer, Chulwo Kim, Tanja Mihalic, Tanja Amenski, Vanja Dragineva, and Ugljesa Stankov. Based on the research findings, we state that the research gaps in the tourism destination competitiveness are still wide open, particularly in Indonesia. Keywords Tourism; Tourism Destination Competitiveness; Literure Review, Bibliometric ABSTRAK Artikal ini bertujuan untuk membahas trend terkini penelitian tentang daya saing destinasi wisata. Penelitian ini merupakan literature review dengan menggunakan software Publish or Perish untuk penggalian data dan VOSviewer untuk analisis dan visualisasi data. Temuan penelitian menunjukkan 4 tema kluster penelitian tentang daya saing destinasi wisata dan 5 kluster penelitian yang berkaitan dengan daya saing destinasi wisata. Artikel yang menjadi rujukan utama dalam penelitian daya saing destinasi wisata dalam kurun waktu 2005-2020 adalah Larry Dwyer, Chulwo Kim, Tanja Mihalic, Tanja Amenski, Vanja Dragineva, dan Ugljesa Stankov. Berdasarkan temuan penelitian, kami menyimpulkan bahwa celah penelitian daya saing destinasi wisata masih terbuka lebar, terutama di Indonesia. Keywords Pariwisata; Daya Saing destinasi Wisata; Literature Review; Bibliometrik 104 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure 1. Pendahuluan Daya saing merupakan sebuah tema yang mengukur kemampuan atau keunggulan suatu perusahaan, daerah, bahkan produk dalam pasar tertentu. Daya saing dirumuskan dan diperjuangkan, dikembangkan secara berkelanjutan oleh suatu perusahaan atau perusahaan daerah agar dapat memenangkan persaingan dalam pasar. Di sektor wisata, daya saing tidak bisa dilepaskan dari beberapa konsep dasar yang harus diperhatikan di dalamnya. Aspek tersebut antara lain access akses, accommodation akomodasi, attraction atraksi, activity aktivitas, amenity amenitas, dan ancillary services layanan fasilitas yang biasa dikenal dengan 6 A dalam Wisata Evans et al., 2019. Selain itu, juga terdapat empat elemen penting dalam pariwisata, yaitu people orang, atau wisatawan , money pengeluaran/belanja, penerimaan, time waktu tinggal dan durasi perjalanan wisatawan, dan space jarak dan seberapa jauh wisatawan melakukan perjalanan. Daya saing destinasi wisata Tourism Destination Competitivness/TDC telah dipelajari lebih dari 20 tahun. Dalam mengevaluasi daya saing destinasi wisata ada dua hal yang penting untuk diselesaikan atau dipecahkan oleh para peneliti yaitu, menyediakan model evaluasi dan memilih metode untuk mengevaluasi. Selain itu, terdapat tiga aspek yang umum dalam menyusun/mengembangkan model daya saing destinasi wisata. Pertama berfokus pada destination image atau tingkat daya tarik atraksi Zatori & Beardsley, 2017. Kedua, menggunakan kerangka kerja dari âDiamond Of National Competitivenessâ yang dipopulerkan oleh Porter, sebagaimana dikutip oleh EstevĂŁo & Ferreira 2009. Cristina Estevao pada dasarnya mengajukan model dengan empat determinant yang menentukan daya saing sebuah bangsa yaitu factor condition, demand condition, related and suppoted industries, dan firm strategy, structur and rivalry. Ketiga, menggabungkan keduanya seperti yang dilakukan oleh Blain, Levy & Ritchie 2005. Model mereka yang banyak digunakan dan menginspirasi peneliti yang lain untuk semakin mengeksplore tentang tema daya saing destinasi wisata. Penelitian tentang daya saing destinasi wisata telah menjadi sesuatu yang menarik sekaligus rumit karena dalam tema ini banyak melibatkan stakeholder dan banyak sekali variabel yang terkait di dalamnya. Setidaknya, terdapat tiga masalah yang menjadi penting dan sebab yang saling terkoneksi dalam daya saing destinasi wisata. Pertama, konsepnya sangat kompleks, banyak persfektif yang digunakan untuk mengkaji topik ini misalnya pendekatan atraksi, pendekatan harga, holistic Multi-layered, pendekatan branding dan image, marketing dan management. Kedua, lingkungan yang beragam dan melibatkan banyak stakeholder, akhirmya menyebabkan tidak adanya konsensus defenisi daya saing. Ketiga, karena tidak adanya defenisi daya saing yang di terima secara luas dan jelas Novais, Ruhanen, & Arcodia, 2018. Destinasi wisata sangat penting untuk diteliti, dibangun, atau menjaga reputasi yang kuat serta berusaha dengan langkah-langkah strategis untuk membangun reputasi, dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut open up potencial controversial question of destination autenthenticity membuka pertanyaan kontrovesioal tentang keautentikan destinasi, Brand Narratives narasi branding, Leadership and autorshiop performatively kepemimpinan dan kinerja kepemilikan, story telling kekuatan cerita pengunjung dan aesthetics estetika Morgan, Pritchard, & Pride, 2011. Dengan demikian, dstinasi wisata harus membangun kompetensi, yaitu kemampuan untuk menyediakan produk-produk dan jasa secara keseluruhan yang diharapkan sebagai jalan untuk semua elemen terlibat dan pariwisata. Daya saing destinasi wisata merepsentasikan kemampuan satu negara untuk menciptakan lebih banyak nilai, meningkatkan pendapatan nasional melalui aset, proses dan kedekatan managemen dalam sebuah model kehidupan sosial dan ekonomi, dan hal ini diperlukan persiapan yang yang matang dan futuristik untuk generasi yang mendatang. Croes dan Kubickova membangun indikator kinerja sebuah negara dalam mengelola destinasi antara lain tingkat kunjungan wisatawan, pemintaan wisatawan, ukuran industri dan ekonomi pariwisata, tambahan Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 105 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure nilai pariwisata pada GDP daerah/negara dan standar kualitas hidup yang berlaku dalam sebuah negara Croes, 2011. Pemerintah sebagai fasilitator, regulator dalam ekonomi pasar dan sebuah negara dengan kemampuannya dalam mengeksekusi anggaran dan kebijakan harus mengarahkan belanja negara yang kuat untuk mendukung terciptanya daya saing sebuah destinasi Firdaus & Tutri, 2017 karena dengan membangun daya saing periwisata pada dasarnya akan berdampak pada beberapa hal yaitu peciptaan lapangan kerja yang besar, pariwisata akan berkontribusi pada pendapatan negara, meningkatkan kualitas hidup penduduk lokal, tingkat kualitas infrastruktur dasar dan startegi sebuah daerah wisata, agar bisa bersaing dengan destinasi lain yang ada berbagai dunia. Membangun daya saing destinasi wisata harus dilakukan secara terus menerus dengan menunjukkan kinerja yang baik dengan pesaing lainnya Croes, 2011. Daya saing tujuan wisata harus terus dievaluasi berdasarkan pada kinerja dan effisiensi, sehingga kebutuhan akan pengukuran kinerja pariwisata menuntut agar tersedia payung hukum atau kebijakan pariwisata yang diperuntukan demi pencapaian indikator pencapain strategis di masa depan Assaf & Josiassen, 2012. Daya saing destinasi wisata fokus pada faktor-faktor utama yang menyebabkan sebuah destinasi wisata bisa berdaya saing dan faktor- faktor yang mendukung pariwisata dan managemen destinasi. Mazanec et al. 2007 berpendapat bahwa untuk mengukur kinerja pariwisata sebagai konstruk yang laten, dimana di dalamnya direpsentasikan dengan 3 variabel yaitu market share yang di dasarkan pada kedatangan internasional market share base on Internasional Arrivals, pertumbuhan pariwisata dan Ivanova et al., 2018 distance-weighted market share. Artikel ini bertujuan untuk menemukan pertama, gap dan tema-tema baru dalam kontek daya saing destinasi wisata. Kedua, menemukan model- model dominan yang telah diciptakan oleh para peneliti sebelumnya dalam tema daya saing destinasi wisata. Ketiga, menemukan penulis mana yang dominant berkontribusi dalam penelitian daya saing destinasi wisata.. 2. Telaah Literatur Daya saing destinasi wisata atau destination competitiveness didefensikan sebagai the total tourism contribution to GDP per Tourism employee Cvelbar, Dwyer, Koman, & Mihalic, 2016. Ritchie & Crouch mengungkapkan international competitiveness of a tourism destionation could be define as Its ability to attract nonresident touris de la Peña, NĂșñez-Serrano, TurriĂłn, & VelĂĄzquez, 2019. Selain itu Ritchie & Ritchie 1998 mendefenisikan destination competitiveness sebagai the ability to increase tourism expenditure, to increasingly attract visitors while providing them with satisfying, memorable experiences, and to do so in a profitable way, while enhacing the well-being of destination residents and preserving the antural capital of destination for future generation. Menurut Ricthie dan Crouch yang dikutip oleh de la Peña et al. 2019 aspek determinant daya saing destinasi wisata adalah 1. Faktor pendukung dan sumber daya, 2. Sumber daya dan daya tarik utama, 3. Tata kelola destinasi, 4. Kebijakan, perencanaan dan pengembangan destinasi, dan 5. Determinasi kualifikasi dan penguatan. De la Peña et al. 2017 juga menawarkan dua indikator utama dalam mengukur kompetisi wisata internasional, yaitu international tourist arrivals ITAS dan International tourism receipts ITRS. Dupeyras & Maccallum, 2013 mendefenisikan daya saing destinasi wisata sebagai the ability of the place to optimize its attractiveness for residents and noon-residents, to delivery quality, innovative and attractiveness good value for money tourism services to consumer and to gain market shares on demestic and global market places, while ensuring that the available resources supporting tourism are used efficiently and in sustainable way. Croes, 2011 mengukur daya saing tujuan wisata untuk pulau kecil menggunakan WTTCC indeks di Caribbrean dengan menggunakan delapan indikator antara lain price, human tourism, infrastructure enviroment, technology, human resources, openess, and social aspects. Du Plessis et al., 2017 menemukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi destinasi wisata global di Afrika selatan antara lain safety and security, quality of service, value of money, geographical features and attitude toward tourism. 106 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure Ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian yang sifatnya Makro seperti CossĂo-Silva, Revilla-Camacho, & Vega-VĂĄzquez 2018 yang meneliti daya saing destinasi wisata di Portugal. Ia menemukan bahwa dengan karakterisktik negara yang berbeda dalam hal sumber daya alam, kekayaan budaya adalah faktor yang membantu sebuah wilayah menjadi lebih baik dan menarik bagi wisatawan. Selanjutnya Silva dan Pinto juga menemukan bahwa ada artikulasi dan perbedaan agen-agen ekonomi dan formasi kluster yang dapat meningkatkan keuntungan dari sektor pariwisata dalam sebuah region. Cracolici & Nijkamp 2009 menemukan bahwa di Italia, efisiensi tehnikal sangat bervariasi dan sangat besar antar region. Berdasarkan kedua alat analisis frontier dan coefisien efficiency, penelitiannya mengindikasikan bahwa artisitik dan destinasi budaya menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada destinasi antara coastal pantai dan pegunungan. Untuk itu, mereka merekomendasikan bahwa destinasi wisata di Italia perlu memberikan perhatian pada keseimbangan antara Input dan output. PaunoviÄ et al. 2020 yang melakukan penelitian di Switzerland menemukan bahwa ada keunggulan pada dimensi sumber daya alam natural dan sumber daya budaya, memerlukan banyak investasi, manajemen perencanaan/ marketing strategi yang jitu, tepat sasaran untuk menjadikan destinasi lebih menarik bagi pengunjung internasional guna memperbaiki daya saing wilayah tersebut. GĂŒnlĂŒ & KĂŒĂ§ĂŒkaltan 2017 yang mengaitkan antara daya saing destinasi wisata dan kualitas hidup penduduk lokal di Turki menemukan bahwa ada hubungan antara daya saing wisata dan kualitas hidup. Untuk itu, pemerintah lokal diharapkan untuk memperbaiki dan meningkatakn kualitas hidup penduduk lokal dengan memperhatikan keuntungan sosial, konservasi lingkungan, budaya dan heritage, pembangunan infrastruktur, kesehatan dan keamanan di daerah destinasi. Selunjutnya, terdapat penelitian dengan kategori lebih mikro seperti Lee & King 2006 di Taiwan dengan menggunakan teori RBV dan teori orientasi industri dengan indikator penelitian tourism destination resources dan attractor, tourism destination enviromental, tourism destination strategy, dan daya saing destinasi wisata. Mereka menemukan bahwa sumber daya destinasi, strategi destinasi dan lingkungan destinasi berpengaruh pada daya saing destinasi spring tourism. Croes 2011b yang menerapkan teori daya saing pada tujuan wisata pulau kecil menemukan bahwa dengan menyediakan sebuah produk yang berkualitas tinggi akan membuat sebuah destinasi menjadi diingat dan menjadi lebih mempunyai daya saing. Mario et al. 2017 dengan menerapkan analisa faktor terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi, maka didapatkan lima hal yang dominan, yaitu destination marketing dan attractor, destination manegement and security, cultural heritage, adopsi IC dan transportasi. Boes, Buhalis & Inversini, 2016 yang meneliti tentang penerapan konsep smartness atau smart city dalam hubungannya dengan wisata, menggunakan teori service dominant logic menemukan bahwa kecerdasan ICT, kepemimpinan, Inovasi sosial capital yang mendukung human capital sebagai komponen inti dari smartness. Meskipun ICT memungkinkan untuk pariwisata pintar, namun tidak cocok untuk memperkenalkan smartness. 3. Metode Metode penelitian yang diterapkan dalam paper ini adalah metode literatur review secara sistematis. Metode ini adalah salah satu metode dalam menelaah kajian pustaka. Untuk menganalisa literatur, kami menggunakan aplikasi Publish or Perish dan Vos Viwer. Keduanya merupakan aplikasi yang sering digunakan untuk melakukan penelitian bibliograpi. Publish or Perish didesain untuk menolong individu secara akademik untuk melakukan analisis pada dampak penelitian. Publish or Perish dapat menggambarkan metrik sitasi dengan berbagai bentuk. Sedangkan VOSviewer digunakan untuk menvisualkan bibliographi, atau data set yang berisi field bibliographi judul, pengarang, penulis, nama jurnal, dan sebagainya . Dalam dunia penelitian, VOSviewer digunakan untuk analisis bibliometrik, mencari topik yang masih ada peluang untuk diteliti, mencari referensi yang paling banyak digunakan pada bidang tertentu dan sebagainya. Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 107 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure Artikel-artikel yang kami review berasal dari jurnal online dari beberapa kelompok penerbit yang mencakup Sage, Emerald dan Sciendirect yang bisa kami download. Adapun tahapan dalam proses pengumpulan data yang kemudian dianalisis di VOSviewer dilakukan dalam beberapa tahap yang terdiri dari Tahap pertama. Pada tahap ini penulis melakukan beberapa proses, yaitu 1. Mendownload artikel jurnal dengan menggunakan Publish or Perish yang bersumber dari Google Scholar dengan total 200 jurnal. 2. Data disimpan dalam format RIS. 3. Data RIS dianalisis menggunakan aplikasi VOSviewer untuk mendapatkan visual. 4. Hasil analisas dengan VOSviewer dituliskan di paper. Tahap kedua. Pada tahap ini penulis melakukan beberapa proses, yaitu 1. Mendownload artikel jurnal dengan menggunakan Publish or Perish yang bersumber dari crossreff, 2. Data disimpan dalam format RIS, 3. Mengubah data di program reference mendeley penulis dengan folder competitiveness destination menjadi format RIS. 4. Data dalam format RIS yang didapatkan dari Publish or Perish baik dri Google Scholars, Crossreff, dan Mendeley penulis selanjutnya di analisa dengan VOSviewer untuk mendapatkan data visual. 5. Hasil analisa disajikan pada paper. Tahap ketiga. Pada tahap ini, penulis merunning untuk ketiga kalinya untuk mendapatkan hasil tentang jejaring author yang telah berkontribusi dalam penelitian daya saing destinasi wisata dalam kurun waktu 2005-2020. Hasil analisa data yang didapatkan dalam bentuk gambar yang menunjukkan tentang peta dan tema-tema yang muncul berdasarkan kategorisasi dalam output program VOSviewer yang berisi tentang visualisasi data seperti 1 besar kecilnya garis yang menghubungkan, serta lingkaran. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya angka hasil analisis VOSViewer, 2. beberapa angka ini menjadi terbagi menjadi link jejaring yang dimiliki dengan menghitung kekuatan link dihitung berdasarkan full atau fractional counting dan banyaknya kemunculan. Selain itu, beberapa jenis analisa yang dilakukan dalam paper ini mencakup a. Sitasi akan menvisualisasiksan dokumen yang diamati. Dokumen yang diuji/diamati akan dihubungkan dengan dokumen lain, jika mereka menyitir artikel lain yang sama-sama diamati. Analisis ini berguna untuk memperlihatkan sitasi antar dokumen, b. Bibliographi coupling artikel diuji dengan menvisulisasi dan dibuatkan networknya jika memiliki referensi yang sama. Analisis ini menunjukkan kedekatan kajian antar dokumen. c. Co-authorship, menganalisis kolaborasi penulis dengan penulis lain. Analisis ini akan menvisuakisasikan hasil berdasarkan nama penulis, organisasi penulis, atau negara asal penulis. Adapun hasil output VOSViewer memiliki tiga tampilan visualisasi, yaitu network, overlay, dan density visualization. 4. Hasil Penelitian Analisa Tahap Pertama Hasil analisis VOSviewer 200 artikel jurnal dengan sumber data dari Google Scholar yang diambil dengan program Publish or Perish terlihat pada tabel 1. Kemudian, visualisasi data terlihat pada gambar 1. Tabel 1. Output Data dari Google Scholar Sumber Data Penelitian 2020 108 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure Gambar 1. Visualisasi dengan VOSviewer Dari data Visualisasi jaringan pada gambar 1. didapatkan empat cluster penelitian yang terdiri dari data sebagai berikut Tabel 2. Hasil Kluster Tema-teman Daya Saing Item indikator yang Muncul Analysis, country, determinant, factors, impact, model, tourism destination, tourism destination competitiveness. Destination , destination competitiveness, development, role, tourism Relationship, study, tourism competitiveness, tourist Competitiveness, research, Tourism destination Sumber Data Penelitian 2020 Data hasil penelitian juga didapatkan Overlay Visualisasi sebagai berikut Gambar 2. VOSview Overlay Dari Gambar 2. didapatkan penjelasan periode penelitian yang menggambarkan artikel yang banyak muncul dengan kelompok kluster masing- masing. Jaringan berwarna kuning adalah Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 109 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure paper dengan tema quality of life, sustainability, sustainable tourism, performances, stakeholder yang dipublikasi pada periode 2015- 2016. Sedangkan jaringan berwarna hijau adalah paper dengan tema destination competitiveness, tourism development, destination branding, place branding yang dipublikasi dalam kurun waktu 2012-2014. Sedangkan yang berada pada kurun waktu 2011- 2013 adalah artikel dengan tema tourism, marketing dan brand image. Tema-tema yang berkaitan dengan Destination Image, Destination Branding, Place branding, City branding, Manejemen Pariwisata, Pemasaran wisata adalah tema-tema yang masih terbuka untuk diexplore, menjadi perhatian dan kajian bagi para peneliti di masa depan. Pariwisata berbasis lingkungan, pariwisata berbasis budaya, peningkatan kualitas hidup penduduk lokal menjadi kata kunci yang tersoroti dalam jaringan kosakata yang menjadi fokus point para ahli pariwisata. Sedangkan untuk Hasil output VOSviewer lainnya, yaitu visualisasi density didapatkan gambar sebagai berikut Gambar 3. Density Visualisasi Dari Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa kata kunci yang kuning dengan bulatan besar adalah item yang banyak diteliti oleh para ilmuwan, cendekiawan, sedangkan yang masih berwarana hijau dengan bulatan cenderung kecil adalah tema-tema yang sedikit, dan belum banyak kurang diteliti. Dari gambar ini dapat dilihat researh gap atau penelitian yang masih masih langka, yaitu quality of life, sustainability, destination marketing, branding, city branding, place branding, image, stakeholders, performances, destination image dan brand Image. Tema-tema yang masih terbuka untuk didalami dan dikembangkan oleh peneliti selajutnya adalah penelitian yang mengaitkan kualitas penduduk lokal di daerah obyek wisata, aspek wisata keberlajutan wisata hubungan dengan daya saing dan pencemaran lingkungan, branding untuk meningkatkan kepedulian wisatawan, meningkatkan kunjungan pelancong nasional dan internasional, keteribatan semua stakeholder dalam meningkatkan kinerja destinasi, bagaimana meningkatkan image positif destinasi untuk daya saing. Analisa Tahap Kedua Data ini adalah hasil analisa terhadap jaringan tema-tema jaringan berdasarkan keyword dimana hal ini adalah penggambaran tentang variabel-variabel penelitian para ahli yang dituangkan dalam artikel ilmiah mereka yang muncul dan masih terbuka ruang untuk menjadi fokus garapan penelitian, agar para pencari kebenaran ilmiah lainnya dapat menemukan kebaruan novelty dalam riset mereka. Analisa tahap kedua ini dilakukan dengan dua cara yaitu 110 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure dengan melihat jaringan penulis yang saling berkaitan dan sering menjadi rujukan dari berbagai paper dalam bidang destinasi wisata serta kumpulan keyword yang muncul sebagai jaringan pengetahuan yang membangun pohon pengetahuan daya saing destinasi wisata selama periode 2005-2020. Dengan menggunakan Publish or Perish dan VOSviewer, maka didapatkan hasil sebagai tergambar pada gambar 4. Gambar 4. Network Batang Vos View Gambar 4 menunjukkan keterhubungan antara konsep-konsep, indikator dalam lingkup daya saing destinasi wisata. Dalam hasil analisis penelitian, terdapat lima kluster dengan pembagian sebagai berikut Tabel 3. Kluster Tema-tema yang Berkaitan dengan Daya Saing Destinasi Wisata Item yang terkandung di dalamnya Brand, brand equity, Brand Image, branding, city branding, complexity,componen, composition, conten, consumer, defenition, design metodology, destination brand, destination branding, destination image, destination marketing, dimention, DMO, event, Field, future research, image, implementation, Increase, insight, Knowledge, Majority, marketing, network, original value, places, place branding, practical Implication, practisioner, recomendation, scope, tourism literature, trend. Attitude, benefit, community support, company, culture, economic development, employmet, growth, host- community, impact, important role, industry, island, life, light, local resident, rural tourism, rural tourism destination, satisfaction, support, sustainability, sustainable development, sustainability tourism development, tourism development, tourism industry, tourism product. Assestment, comparison, competititor, competitive, conceptual model, country, costumer satisfaction, demand side, destination competitive, determinant, empirical research, general literature, goverment, identification, indicatorm Integrated approach, Integrated Approach, Limitation, main element, measurement, Notion , Ritchie, SET, Supply side, Tourism Research, Tourism destination competitiveness. Competitive Position, Conceptualization, empirical study, form, hospitality, Important performances analisis, impact factors, international tourist, IPA, Journal, key factor, main Purpose, measuring destianation competitiveness, social medium, state, SEM, Structural equation Models, TDC, Tourism competitiveness, Tourism competitiveness Indeks, Travel, world economic forum. Article, aspect, attempt, communication technology, concept, effectiveness, efficiency, effectivenessm Information, Management, Market, Overview, Practice, relation, system. Sumber Data Penelitian 2020 Hasil Output aplikasi juga diperoleh gambaran overlay tentang daya saing destinasi wisata sebagai berikut Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 111 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure Gambar 5. Overlay VOSview Gambar 5. mendeskripsikan tentang relasi antar konsep Variabel/indikator yang penulis ambil dari kurun waktu 2000-2020 dengan Jumlah paper sebanyak 400 artikel. Dapat kita perhatian yang berwarna kuning adalah konsep yang banyak muncul dari paper antara tahun 2014 ke atas. Adapun yang berwarna hijau adalah item indikator yang muncul pada kurun waktu 2013- 2015, sedangkan warna ungu dan kebiru-biruan adalah kata kunci yang muncul dari artikel-artikel jurnal yang terbit pada periode 2011-2013. Selanjutnya juga visualisasi densitas jaringan dapat dilihat sebagai berikut Gambar 6. Density Visualisasi Dari Gambar 6, secara grafis konsep- konesp yang berwarna kuning kemerah-merahan adalah tema-tema yang sudah sering muncul dan banyak diteliti oleh para penulis, sedangkan konsep- konsep yang agak jauh dari warna kuning seperti community participation, community support, rural destination, destination branding, host community, sustainable tourism dan resident attitude, 112 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure adalah variabel indikator yang masih belum banyak diteliti dan hal ini bisa menjadi ruang penelitian untuk dilanjutkan di masa depan. Analisa Tahap Ketiga Untuk lebih mendalami tentang penulis yang banyak dan sering menulis tentang daya saing destinasi wisata maka penulis berusaha merunning ulang dengan pilihan pada co-citation dan di dapatkan hasil sebagai berikut Gambar 7. Jaringan Penulis Daya Saing Destinasi Wisata Adapun hasil Overlay visualisasi keterhubungan antar penulis dapat digambarkan dalam Gambar di Bawah ini Gambar 8. Overlay Penulis Sedangkan untuk visualisasi densitas penulis Sebagai berikut Gambar 9. Densitas Penulis Daya Saing Destinasi Wisata Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 113 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure Hasil lain yang di dapatkan dari analisis tentang penulis dan penulis kedua dan selanjuntnya didapatkan hasil denga jumlah hubungan 8 dan jumlah kekuatan hubungan sebanyak 19 Kali. Adapun hasil analisis Item terdiri dari tiga kluster kelompok antara lain sebagai berikut Tabel 4. Kluster Penulis TDC Dragicevic, Vanja stankov, ugljesa Dwyer,Larry, Kim, Chulwon Armanenski, Tanja, Mihalic, Tanja Sumber Data Penelitian 2020 Dari Hasil Overlay tentang yang sering muncul dan saling terkait dalam tentang daya saing destinasi wisata didapatkan nama-nama seperti yang tercantum dalam kluster 1,2,3 di atas. Dengan catatan bahwa periodesasi artikel terbitan yang penulis kumpulkan adalah sejak 2005- 2020. Sedangkan artikel yang dipublikasi sebelum tahun tersebut tidak diambil, sehingga ada beberapa penulis rujukan dan sering dikutip dalam paper lain tidak masuk dalam hasil analisa ini. 5. Diskusi Berdasarkan hasil penelusuran literatur secara sistematis secara offline/manual didapatkan hasil sebagai berikut Metode evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi Daya Saing Destinasi Wisata Ada beberapa tekhnik yang telah dilakukan untuk mengevaluasi Daya Saing Destinasi Wisata, antara Lain 1. Metode Delphi yang digunakan untuk menemukan opini yang convergen dari para ahli dengan area topik tertentu seperti dalam tema pariwisata. 2. Analitical Hierakhi Proses AHP untuk mengevaluasi kualitas layanan dalam pariwisata 3. Metode Principal Componen Analysis PCA digunakan untuk teknik multivariat statistik dan Juga untuk penelitian TDC. 4. Metode Importance-Performance to TDC, metode ini menganalisis atribut yang penting yang diasosiasikan dengan jasa dan produk yang mengindikasikan tingkat/derajat kinerja dalam setiap waktu. 5. Metode Information entropy Weight IEW untuk mengukur berat Weight secara obyektif dan mengaplikasikan TOPSIS Tecnick for order preference by Similarity to Ideal Solution adalah metode yang secara penuh dan obyektif mengavaluasi TDC. di Aplikasikan oleh Zhang 2011. 6. Penggunaaan Metode Kaulitatif juga dilakukan Oleh Enright & Newton 2004. 7. Integrated quality Management Go & Govers, 2000 8. Membangun Indikator Komposit juga sudah dikerjakan Oleh Mendola & Volo 2017 Adapun daya saing destinasi wisata determinan yang banyak ditemukan oleh para peneliti antara lain destination attractor, support resources Owiyo, Mulwa, & Kemboi, 2019, infrastruktur pariwisata Cvelbar et al., 2016; Islam, Hossain, & Noor, 2017; Zehrer, Smeral, & Hallmann, 2017; Zhang, Gu, Gu, & Zhang, 2011, destination management, general infrastructure, macr- environment, business environment Cvelbar et al., 2016, accesbility, hospitallity, mix activity Zehrer et al., 2017, nature, history, cultural attractors, fasilitas komunikasi dan jasa yang ditawarkan Islam et al., 2017, kualitas kawasan, daya tarik wisata, kerjasama usaha dan citra kawasan wisata, infrastruktur dan suprastruktur yang baik Ramukumba, 2013, enviromental conservation, carrying capacity, quality of environment Lo, Chin, & Law, 2017, supporting factor, core resources and attractor, deestination management, destination policy, planning and development, qualifying dan amplyifyiing determinnant, overall competitiveness Zehrer et al., 2017, destination support service, people related 114 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure service Vengesayi, Mavondo, & Reisinger, 2009, capability to attract visitor, local population quality of life, economic tourist sustainability, social tourist sustainability, enviromental tourist sustainability Blanco-Cerradelo, Gueimonde-Canto, Fraiz-Brea, & DiĂ©guez-CastrillĂłn, 2018. Peneliti yang lebih awal seperti Goorochun dan Sugiharto 2005 menemukan bahwa daya saing destinasi wisata determinan indikator infrastruktur pembangunan, daya saing harga, lingkungan, technology advancement, human resources, openess, social development,dan human tourism indikator. Zhang et al. 2011 mengembangkan variabel daya saing destinasi wisata menjadi destination management, nature-based resosurces, heritage resources, quality services, efficient public services, tourism shopping, goverment commitment, location dan akses, e- business, night life, visa requirement, amusement/theme parks. Adapaun variabel yang dibangun oleh Dwyer dan Kim 2003 adalah endowed resources natural, supporting factor, destination management, situational condition, market performances indikator. Adapun Junio, Kim, & Lee 2016 menemukan hubungan daya saing destinasi wisata dengan Bisnis rumah sakit dengan variabel medical tretament and services, tourism specific factors, destination attribute. 6. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelusuran literatur review ini, ditemukan bahwa masih terbuka kesempatan untuk para peneliti untuk terus mengembangkan model daya saing destinasi wisata, memperkaya, memperluas penerapan teori ini sampai ke tingkat mikro bisnis, pariwisata desa. Mengacu pada hasil penelitian dengan menggunakan dua software aplikasi bibliometrik menunjukkan bahwa di masa depan, untuk memperdalam penulisan terhadap teori daya saing pariwisata dapat dilakukan dengan memperbanyak, mengembangkan, Dwyer & Kim, 2003; Kovacevic, Kovacevic, Stankov, Dragicevic, & Miletic, 2018 menginisiasi penelitian dengan variabel kualitas hidup, partisipasi komunitas, perilaku penduduk lokal, pariwisata berkelanjutan, pariwisata berbasis lingkungan dan akowisata. Berdasarkan pada hasil penelitian khususnya tentang jaringan penulis yang sering muncul dalam artikel daya saing pariwisata menunjukkan adanya perkembangan ahli dan rujukan baru dalam studi daya saing destinasi. Hal yang menarik lainnya adalah para ahli yang muncul banyak yang berasal dari negara-negara Skandinavia yang menandakan bahwa dinamika intelektual dan perhatian yang besar mereka juga sangat mendalam terhadap industri wisata. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Publish or Perish dan VOSviewer dapat disimpulkan bahwa terdapat celah penelitian yang lebar lebar untuk diteliti dan didalami berkaitan dengan relasi kualitas hidup penduduk lokal, komunitas lokal, partisipasi penduduk lokal untuk memberikan darah segar dalam bidang keilmuwan manajemen kepariwisataan, bahkan tidak menutup kemungkinan berkontribusi pada pengetahuan khusus tentang daya saing destinasi wisata. Penelitian ini memiliki keterbatasan setidaknya pada penggalian data menggunakan Publish or Perish hanya dengan periodesasi 2005-2020, tidak dengan waktu yang lebih lama sehingga jumlah papernya masih sedikit yang dapat dikaji dengan VOSviewer. Olehnya karena itu penulis menyarankan agar peneliti di masa depan dapat melanjutkan tema-tema ini ke data yang lebih besar dengan menggunakan sofware bibliometerik lain seperti Nvivo 12 dan lainnya. 7. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kami sampaikan kepada para pihak yang telah memberikan saran dan masukan terhadap paper ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan-rekan yang telah menemani diskusi untuk memperkaya paper ini. 8. Konflik Kepentingan Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dalam penulisan artikel ini. Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 115 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure Daftar Pustaka Assaf, A. G., & Josiassen, A. 2012. Identifying and Ranking the Determinants of Tourism Performance A Global Investigation. Journal of Travel Research, 514, 388â399. Blain, C., Levy, S. E., & Ritchie, J. R. B. 2005. Destination branding Insights and practices from destination management organizations. Journal of Travel Research, 434, 328â338. Blanco-Cerradelo, L., Gueimonde-Canto, A., Fraiz-Brea, J. A., & DiĂ©guez-CastrillĂłn, M. I. 2018. Dimensions of destination competitiveness Analyses of protected areas in Spain. Journal of Cleaner Production, 177, 782â794. Boes, K., Buhalis, D., & Inversini, A. 2016. Smart tourism destinations ecosystems for tourism destination competitiveness From Smart Cities to Smart Tourism Destinations Ecosystems for tourism destination competitiveness. International Journal of Tourism Cities, 22, 108â124. CossĂo-Silva, Revilla-Camacho, & Vega-VĂĄzquez, M. 2018. The tourist loyalty index A new indicator for measuring tourist destination loyalty? Journal of Innovation & Knowledge, 1â9. Cracolici, M. F., & Nijkamp, P. 2009. The attractiveness and competitiveness of tourist destinations A study of Southern Italian regions. Tourism Management, 303, 336â344. Croes, R. 2011. Measuring and explaining competitiveness in the context of small island destinations. Journal of Travel Research, 504, 431â442. Cvelbar, L. K., Dwyer, L., Koman, M., & Mihalic, T. 2016. Drivers of Destination Competitiveness in Tourism A Global Investigation. Journal of Travel Research, 558. de la Peña, M. R., NĂșñez-Serrano, J. A., TurriĂłn, J., & VelĂĄzquez, F. J. 2019. A New Tool for the Analysis of the International Competitiveness of Tourist Destinations Based on Performance. Journal of Travel Research, 582, 207â223. Du Plessis, E., Saayman, M., & Van der Merwe, A. 2017. Explore changes in the aspects fundamental to the competitiveness of South Africa as a preferred tourist destination. South African Journal of Economic and Management Sciences, 201, 1â11. Dupeyras, A., & Maccallum, N. 2013. Indicators for Measuring Competitiveness in Tourism. A guidance document. OECD Tourism Papers, 2, 1â62. Dwyer, L., & Kim, C. 2003. Destination competitiveness Determinants and indicators. Current Issues in Tourism, 65, 369â414. Enright, M. J., & Newton, J. 2004. Tourism destination competitiveness A quantitative approach. Tourism Management, 256, 777â788. EstevĂŁo, C., & Ferreira, J. 2009. Regional Competitiveness Of A Tourism Cluster A Conceptual Model Proposal No. 4853. Evans, B. L., Munekata, N., Ono, T., Lee, Tsao, Chang, ⊠Maccallum, N. 2019. Assessing Istanbul competitiveness A multidimensional approach. Tourism Review, 222, 2109â2139. Firdaus, F., & Tutri, R. 2017. Potensi Pengembangan Ekowisata Di Nagari Kotobaru, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Jurnal Kawistara, 72, 115â206. Go, F. M., & Govers, R. 2000. Integrated quality management for tourist destinations A European perspective on achieving competitiveness. Tourism Management, 211, 79â88. GĂŒnlĂŒ, E., & KĂŒĂ§ĂŒkaltan, E. G. 2017. Munich Personal RePEc Archive Competitiveness factors of a tourism destination and impact on residents â quality of life The case of Competitiveness factors of a 116 Khaeril, Mahlia Muis, Jusni dan Matris Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourism and Leisure tourism destination and impact on residents â quality of life The case of Cittaslow- Sefe. 77464. Islam, S., Hossain, M. K., & Noor, M. E. 2017. Determining Drivers of Destination Attractiveness The Case of Nature-Based Tourism of Bangladesh. International Journal of Marketing Studies, 93, 10. Ivanova, M., Kuckertz, A., Lees-marshment, J., Kreutzer, R. T., Bernhard, F., Hiepler, M., ⊠Röcken, M. 2018. Tourism marketing for developing countries battling stereotypes and crises in Asia, Africa and the Middle East. In Journal of Tourism and Cultural Change Vol. 16. Junio, M. M. V., Kim, J. H., & Lee, T. J. 2016. Competitiveness attributes of a medical tourism destination The case of South Korea with importance-performance analysis. Journal of Travel & Tourism Marketing, 344, 444â460. Kovacevic, N. D., Kovacevic, L., Stankov, U., Dragicevic, V., & Miletic, A. 2018. Applying destination competitiveness model to strategic tourism development of small destinations The case of South Banat district. Journal of Destination Marketing and Management, 8, 114â124. Lee, C. F., & King, B. 2006. Assessing destination competitiveness An application to the hot springs tourism sector. Tourism and Hospitality, Planning and Development, 33, 179â197. Lo, Chin, & Law, 2017. Touristsâ perspectives on hard and soft services toward rural tourism destination competitiveness Community support as a moderator. Tourism and Hospitality Research, Vol. 19, pp. 139â157. SAGE Publications. Mario, C., Colima, A. U. De, Pricila, A., Universidad, S., & Colima, I. O. U. De. 2017. The perception of destination competitiveness by tourists. 1â20. Mazanec, J. A., Wöber, K., & Zins, A. H. 2007. Tourism destination competitiveness From definition to explanation? Journal of Travel Research, 461, 86â95. Mendola, D., & Volo, S. 2017. Building composite indicators in tourism studies Measurements and applications in tourism destination competitiveness. Tourism Management, 59, 541â553. Morgan, N., Pritchard, A., & Pride, R. 2011. Tourism places, brands, and reputation management. Destination Brands, 3â19. Novais, M. A., Ruhanen, L., & Arcodia, C. 2018. Destination competitiveness A phenomenographic study. Tourism Management, 64, 324â334. Owiyo, V., Mulwa, J. M., & Kemboi, A. 2019. Strategic Determinants of Destination Competitiveness A Case of Western Tourist Circuit, Kenya. Eastern Africa Journal of Contemporary Research EAJCR, 11, 11â21. PaunoviÄ, I., Dressler, M., NikoliÄ, T. M., & PantiÄ, S. P. 2020. Developing a competitive and sustainable destination of the future Clusters and predictors of successful national-level destination governance across destination life-cycle. Sustainability Switzerland, 1210. Ramukumba, T. 2013. Community Tourism Awareness Campaign Eden District Municipality, South Africaâs Example. Tourism Review International, Vol. 17, pp. 103â113. Cognizant, LLC. Ritchie, J. R. B., & Ritchie, R. J. B. 1998. Setting the Stage and Management of Branding in Destination Management. Annual Congress of the International Association of Scientific Experts in Tourism, 98September, 1â31. Vengesayi, S., Mavondo, F. T., & Reisinger, Y. 2009. Tourism destination attractiveness Attractions, facilities, and people as predictors. Tourism Analysis, 145, 621â636. Zatori, A., & Beardsley, M. 2017. On-Site and Memorable Tourist Experiences Trending Indonesian Journal of Tourism and Leisure, 01 2, 2020 117 Copyright © 2020, Indonesian Journal of Tourisme and Leisure Toward Value and Quality-of-Life Outcomes. In Advances in Hospitality and Leisure, Vol. 13 pp. 17â45. Zehrer, A., Smeral, E., & Hallmann, K. 2017. Destination CompetitivenessâA Comparison of Subjective and Objective Indicators for Winter Sports Areas. Journal of Travel Research, 561, 55â66. Zhang, H., Gu, C. lin, Gu, L. wen, & Zhang, Y. 2011. The evaluation of tourism destination competitiveness by TOPSIS & information entropy - A case in the Yangtze River Delta of China. Tourism Management, 322, 443â451. Idah Wahidah Diki SuhermanBandung City tourism is a potential sector that can be relied upon because it contributes greatly to regional income, but there are problems, namely accessibility due to city congestion which results in slow mobility, and dependence on the local government of Bandung City is another obstacle. This study aims to analyze the penta helix collaboration in increasing the competitiveness of Bandung City tourism, using a qualitative method through a descriptive approach. The method used is qualitative through a descriptive approach. Based on the results of research, Bandung City Tourism has its own uniqueness, especially tourism through the development of various innovations, through active collaboration between elements of the government, businessmen, communities, academics and the media as an effort to increase the competitiveness of regional tourism. Through the development of tourist destinations in increasing the tourism attractiveness of the Bandung City area, it has implications for improving the welfare of the community through local economic study advances the research and methodological approach to measuring and understanding national-level destination competitiveness, sustainability and governance, by creating a model that could be of use for both developing and developed destinations. The study gives a detailed overview of the research field of measuring destination competitiveness and sustainability. It also identifies major predictors of destination competitiveness and sustainability and thereby presents destination researchers and practitioners with a useful list of priority areas, both from a global perspective and from the perspective of other similar destinations. Finally, the study identifies two major types of destination governance with implications for research, policy and practice across the destination life-cycle. The research deals with the analysis of the secondary data from the World Economic Forum Travel and Tourism Index WEF T&T. Major types of destination governance and predictors of belonging to either one of the types, as well as inside cluster predictors have been extracted through a two-step cluster analysis. The results support the notion that a meaningful model of national-level destination governance needs to take into account different development levels of different destinations. The main limitation of the study is its typology creation approach, as it inevitably leads to purpose of this study is to identify the most important drivers for developing destination competitiveness of Bangladesh nature-based tourism by evaluating touristsâ perception. A nationwide structured questionnaire survey of total 432 Bangladeshi tourists is carried out by dividing the whole country into two parts for equal representation. Based on this data, a profile of the tourists is constructed before ranking of attributes from most important to least important on a five-point Likert scale. An Exploratory Factor Analysis EFA has been conducted finally to identify the most important factors from 24 selected attributes related to nature-based tourism of Bangladesh. The key findings indicate that seven attributes are more important to respondents than others as all these has average importance value more than 4 out of 5 while only two is least important. From the EFA of these attributes, supported by a parallel analysis, four major factors are extracted namely, tourism infrastructure; historical and cultural attractors; natural attractors; and communication facilities and lifestyle similarities. Thus, this study will help both policy makers to develop long term destination policy focusing on natural attractors and service providers to customize their services according to touristsâ expectation. Consequently, this paper conceptualizes the importance of focusing on specific sectors of tourism and the way of developing competitiveness of nature-based tourism of Bangladesh. However further studies can be conducted to match touristsâ evaluation of attributes on importance and performance and/or evaluating same perception from service providers rather than destination competitiveness literature, while well established, is fraught with inconsistencies over its definition, measurement and its legitimacy as a topic of research. Given the divide that exists, this paper proposes a phenomenographic approach to the study of destination competitiveness. Specifically, the paper argues that efforts to advance destination competitiveness should be preceded by a better understanding of how destination stakeholders is conceptualize the term. This paper explores how destination stakeholders understand destination competitiveness. The findings reveal three distinct conceptions of destination competitiveness which are hierarchically related destination competitiveness as perception of a destination, destination competitiveness as performance, and destination competitiveness as a long-term process. Additional features of destination competitiveness are discussed including the relationship between competitiveness and attractiveness, and the dynamic nature of the competitor set. This paper concludes with a discussion of the implications for advancing the destination competitiveness tourism is an integrated part in the services field, and this industry has long been recognized as a valuable tool for economic development in rural destinations. However, the multiplying growth of rural tourism destinations has led to a stiff competition among the industry. Thus, the identification of touristsâ perspective on the hard and soft services components toward the development of rural tourism is a key element in surviving into the rapid tourism competition. The pivotal role of community support as an integral part of tourism product in ensuring sustainable development of rural tourism destination would also being the key indicator for the development of rural tourism. Hence, this study highlighted the importance of touristsâ perspective on hard services tourism infrastructure and accommodation and soft services range of activities and special events toward the competitiveness of rural tourism destinationâs development with community support who act as a moderator. A total of 314 respondents comprising tourists who visited Kampung Semadang, Kampung Telaga Air, and Kubah National Park Kampung Matang, Kuching, Sarawak has voluntarily participated in this study. To assess the developed model, SmartPLS M3 is applied based on path modeling and bootstrapping. Interestingly, the findings revealed that tourists are more concerned about the quality of accommodation, infrastructure, range of activities, and special events for the development of tourism destination competitiveness in rural tourism destination. In addition, tourists also believed that the existence of community support is crucial in moderating the relationship between accommodation quality and tourism destination competitiveness. This study further discussed on the implications of the findings, limitations, and directions for future main goal of this study was to analyze the applicability of Ritchie and Crouch's competitiveness model for the assessment of tourism advantages and disadvantages of a relatively small, unknown region with under-developed tourism. For this purpose, the authors selected the South Banat district in Serbia. The model was found suitable for the intended application. The results show that stakeholders believe South Banat is not a competitive tourism destination, even at the regional level. However, the destination's advantages, which can be used as starting point for improving the destinations competitiveness, were identified. A comparison of two groups of stakeholders, the private and public sectors, indicated significant differences in the ratings of destination management and in the destination's policy, planning and development indicators are useful tools to synthesize and monitor multidimensional phenomena. The aim of this paper is twofold to offer the methodological foundations to build composite indicators in tourism and to evaluate a set of currently available composite indicators. Tourism destination competitiveness indicators constitute the object of this contribution. Their definitions, concepts and measures are analyzed and their evaluation is performed through the application of an original protocol. The results highlight that several methodological issues still surround the measurement of destinations competitiveness indicators. This paper provides tourism scholars and practitioners with a set of statistical guidelines to build composite indicators and with an operative scheme to assess indicators' effectiveness in empirical evaluations. study aims to explore the importance and performance of medical tourism destination competitiveness TDC. The aims were achieved by collecting empirical data on the perceptions of stakeholders in the medical tourism industry in South Korea. Results from the importanceâperformance analysis IPA revealed that medical TDC is primarily influenced by medical treatments and services, destination attributes, and tourism-specific factors. This study not only enhances tourism literature, but also contributes significantly to the existing literature on competitiveness. The study provides useful marketing insights for medical tourism suppliers in South Korea and countries in similar situations with the relevant industry. Takalani RamukumbaAlthough there is an increasing community understanding of the benefits tourism brings to communities, there are still many who are yet to appreciate the significance of tourism, including policy makers and the general public. Because community support, or lack of it, can have a significant effect on the success or failure of a tourist destination, awareness-raising activities about the significance of tourism play a crucial role in the future development of the industry. Ironically, it is a role that is still not fully appreciated by many in the industry. Tourism is simultaneously portrayed as a destroyer of culture, undermining social norms and economies, degrading social structures, stripping communities of individuality, and as a savior of the poor and disadvantaged, providing opportunities and economic benefits, promoting social exchange, and enhancing livelihoods. Therefore, the study focused on evaluating the accessibility and effectiveness of the different communication mediums that are used by the Eden District Municipality to raise community tourism awareness. The study used surveys because they are commonly used for collecting data within the field of tourism and hospitality. For purposes of this research, a descriptive survey was conducted. The study found that across the different stakeholders in the tourism industry of the Eden District Municipality, there was a significant difference statistically on their views on mediums used to communicate community-based tourism issues, both benefits and costs, and the accessibility of the mediums used as well as the effectiveness of the medium used to communicate the benefits and costs of community-based tourism.
ï»ż- Di tengah himpitan pandemi, semua negara saat ini mengalami krisis hampir di semua sektor, salah satu yang paling terdampak adalah sektor pariwisata. Pengajar Pariwisata Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL UGM, Usmar Salam mengatakan saat ini kondisi pariwisata di semua negara kembali ke nol. Oleh karena itu, Usmar menganggap dari situasi ini negara-negara memiliki kesempatan yang hampir sama untuk berkompetisi dalam kancah pariwisata. Menurutnya, ada dua jalur yang diambil oleh hampir semua negara di dunia untuk membangkitkan kembali pariwisata. Yakni, membunuh Covid-19 dengan cara mematuhi protokol kesehatan dan kemudian membenahi keadaan. âStrategi yang harus kita lakukan, hampir semua negara ada dua jalur, pertama membunuh Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan, kedua membenahi. Yang dilakukan Thailand sangat bagus sekali. Kalau mau memulai dari wisatawan domestik, kembangkan destinasi yang terdekat, kembangkan Batam misalnya. Banyak hal yang bisa dilakukan dan kita lihat bersama-sama,â urainya. Hal itu disampaikan Usmar dalam Webinar Nasional Lesson Learned/Strategi Negara-Negara ASEAN dalam Memulihkan Industri Pariwisata Akibat Covid-19 dan Respon Globalâ yang diselenggarakan Laboratorium Organisasi Internasional UPN âVeteranâ Yogyakarta UPNVY hari ini Kamis, 15/10/2020. Usmar juga menerangkan ada empat hal yang menjadi indikator kesuksesan pariwisata. Pertama, apabila bisa menarik wisatawan asing sebanyak mungkin. âJadi tingkat keberhasilan itu selalu dibuat dan dihitung. Setiap tahun ada laporan siapa yang juara, sekarang ini yang juara adalah pertama Prancis, kedua Spanyol, dan tetangga kita Thailand itu masuk sepuluh besar,â ungkapnya. Kedua, lanjutnya, seberapa besar wisatawan berbelanja. âJadi saya selalu berkata kepada teman-teman di Dinas Pariwisata dan Kementerian Pariwisata, kita lebih baik menarik 1 wisatawan Jepang dari pada 5 wisatawan Cina. Mengapa? Karena belanjanya wisatawan Jepang sangat besar,â tuturnya. Ketiga, ialah seberapa lama wisatawan tersebut tinggal di negara yang menjadi destinasi. âThailand sudah lebih tinggi dari Indonesia,â ucapnya. Terakhir, yaitu sejauh mana wisatawan itu bisa mempromosikan kembali destinasi yang pernah dikunjungi. uti Baca juga Selain Soto dan Nasi Uduk, 5 Kuliner Khas Betawi Ini juga Nikmat Disantap saat Sarapan Baca juga Segitiga Bermuda dan 24 Temuan Lain di Dunia yang Tak Bisa Dijelaskan Ilmuwan Baca juga Pecahkan Rekor, Kerangka T-Rex Ini Laku Seharga Rp 469 miliar dalam Acara Lelang